A.
ACARA :
PENGARUH INTENSITAS CAHAYA MATAHARI TERHADAP
MORFOLOGI DAN ANATOMI DAUN.
B.
TUJUAN
: Untuk
melihat perbedaan morfologis dan anatomi daun yang memperoleh
cahaya matahri dan yang ternaungi.
C.
TEMPAT
DAN TANGGAL
1. Tempat
: Laboratorium Fahutan Institut
Pertanian Stiper Yogyakarta.
2. Tanggal
: 4 Juni 2012
D.
DASAR
TEORI
Jaringan
penyusun dan bermodifikasi khusus untuk mendukung fungsi utamanya,yaitu organ
untuk pertukaran gas untuk proses fotosintesis. Pada dasarnya sehelai lamina
daun terdiri dari satu lapis epidermis pelindung dan satu bagian anyaman
jarinagn dasar yang di sebut mesofil, daun di tembus oleh satu jaringan
pembuluh, pada mesofil terdapat ruang anatr sel yang snagat rumit memungkinkan terjadinya
pertukaran gas.
Epidermis
berfungsin sebagai lapisan penutup daun ( atas dan bawah). Biasanya hanya
terdiri atas selpais sel, meskipun pada jenis tertentu mempunyai 2 atau 3
lapis. Bagian terluar di lpaisi oleh kutin yang membentuk bagian nonseluler
terpisah yang berada di lapisan paling atas. Bagian yang lansung berhubungan
dengan udara bebas ini biasnaya disebut kutikula. Kutin sangat penting untuk
membatsi transpirasi. Sel kutikula yang berdekatan satu sama lainnya
memungkinkan tetap terjaga benruk kekakuan daun dan menahan penabalan mesofil.
Pertukaran
gas anatara udara luar dan ronggaanatr sel pada mesofil daun terjadi melaui
stimata .Tiap lubang stomata di kelilingi oleh dua sel epidrmis khusus yang di
sebut sel penjaga, yang mempunyai karakteristik berbeda dengan sel epidrmis
lainya, karna sel penjaga ini mengandung mesofil.
Mekanisme membuka dan
menutupnya stomata di atur oleh perubahan turgor sel penjaga akibat perubahan
dari nilai osmosis. Perubahan tersebut akan menyebabkan besarnya volume sel
penjaga dan mengecilnay pori stomata.
Jaringan
mesofil merupakan tempat utama terjadinya fotosintesis. Mesofil terdiri dari
sel parenkim berdinding tipis yang di bedakan menjadi dua bagian, yaitu
palisade dan bunga karang.Lapisan palisade mempunayi ketebalan satu smapi tiga
sel dan penuh dengan kloroplas. Tidak ada jarinagn tumbuhan lain yang mempunayi
ajringan sebanayk ini,yang merupakn tempat berlangsungnya proses
fotosintesis.Mempunyai ruang antar sel yang sempit yang berhubungan dengan
ruang antarsel jarinagn bunga karang sebagai media pertukaran gas.
Mikroskof
elektron dapat menunjukan kloroplas mempunyai struktur dalam yang snagt rumit.
Pada tanaman tingakt tinggi kloroplas terdiri dari suatu matriks berprotein
bening ( tak berwaran),yaitu stroma yang terbungkus oleh dua lapis selaput.
Dalam seluruh stroma terdpat suatu sistem rumit selapu berpasangan yang di
sebut lamina.Bagian pinggirnya saling berlekatan dan mebentuk suatu ruangan
dalam.
Pada
jaringa sama, lamian melebar dan menbentuk gelembung pipih yang disebut
tilakoid.Tilakoid ini kemuduian bertumpuk menyerupai keping uang logam.Tumpuakn
ini disebut grana,dan selaput yang membataus dua grana disebut lamina grana.
Didalam selaput tilakoid dan lamena grana inilah tempat terdapatnya klorofil yang
dapt menangkap energy sinar matahari untuk fotosintesis.
Warna
hijau kloroplas disebabkan oleh adanya empat tipe utama pigmen terkandung di
dalamnya yaitu,klorofil a yang berwaran hijau dan klorofil b yang berwarna
hijau muda, dan xantofit serta karoten yang berwarna kuning jingga.
Pada tumbuhan berbunga kedua klorofil
tersebut hanya terdapat dalam klroplas,sedangkan pigmen yang lain biasanya
terdapat pada bagian yang tidak hijau dan tidak berperan dalam fotosintesis.
Secara
sedrhana fotosintesisi adalah proses pengubahan karbondioksida dari udara dan
air dari tanah menjadi zat organik yang dilakukan oleh tumbuhan dengan bantuan
sinar matahari. Kampuan tumbuhan tersebut teletak pada klorofil yang mampu
merubah energy sinar matahari menjadi energi kimiawi yanag terkandung dalam
karbohidrat. Karbohidrat tersebut akan menjadi sumber energi bagi makhluk hidup
dan terlibat langsung biosintesis bahan penyusun sel ataupun senyawa fungsional.
Fotosintesis di pengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor dalam tumbuhan
bersangkutan. Faktor luar adalah konsentrasi karbondioksida udara, air
intensitas cahaya dan suhu. Faktor dalam tumbuhan adalah kandungan klorofil,
penimbunana hasil fotosintesis, faktor dalam protoplasma, ketahanan terhadap
difusi gas bebas.
Sehubungan
dengan praktikum yang di laksanakan, maka hanya di kupas tentang pengaruh
intensitas cahaya terhadap fotosintesis malalui kenampakan morfologi daun.
Tanaman yang mendapat intensitas cahaya matahri tinggi dan yang rendah akan
memperlihatkan tunbuhan yang berbeda, demikian pula untuk daun yang ternaungi
dan tersinari. Masalah yang di hadapi oleh daun yang ternaungi adalah untuk
mempertahankan keseimbangan karbon yang positif dan kerapatan pengaliran yang
keadaan ini tercapai merupakan titik kompetensi.
Daun
yang ternaungi atau tanaman yang mendapat intensitas cahaya rendah akan
menghadapi tiga pilahan, pengurangan kecepatan respirasi untuk mengurangi titik
kompetensi. Pengurangan ini telah merupakan suatu tanggapan umum terhadap
berkurangnya intensitas cahaya, tetapi sebagai suatu tanggapan adaptif, hal ini
hanyalah akan berarti bagi tanaman yang mendapat naungan berat dan terutama
sebagai suatu mekanisme survival bagi
tanaman yanag berumur panjang selama tekanan intensitas cahaya rendah hanya
bersifat sementara.Yang selanjutnya adalah peningkatan luas daun pertumbuhan
tanaman dapat di jelaskan dengan persamaan R = E x F, dimana R = kecepatan
pertumbuhan, E = kecepatan asimilasi bersih, F = rasio luas daun. Karnu itu
untuk mempertahankan nilai R tanaman harus meningkatkan nilai F dan dalam hal
ini nilai E menunjukan pengaruh cahay terhadap fotosintesis. Naungan dapat
memperkecil nilai rasio berat daun terhadap tanaman dan hal ini ada hubungan
erat dengan etiolasi. Intensitas cahaya memprngaruhi rasio luas daun terhadap
nilai berat dan ini dapat terjadi melalui perubahan morfologi daun.
Perubahan
rasio tersebut menunjukan perubahan anatomi di dalam lapisan mesofil dan
palisade. Daun yang ternaungi lebih tipis dan jumlah palisa denya lebih
sedikit. Lapisan daun yang tipis menghasilkan nilai rasio yang tinggi.
Iintensitas cahaya yng menyebabakn penebalan daun yang menurunkan resistensi
terhadap difusi karbondioksida dengan menigkatkan ruang pori di dalam lapisan
mesofil.
Peningkatan
aktivitas fotosintesis, naungan cenderung menyebabkan, peningkatan nilai rasio
luas daun tehadap berat daun, kecepatan tumbuah relatif dapat di pertahankan
walupun terjadi penurunan kecepatan asimilasi bersih. Umumnya adalah benar
bahwa nilai rasio luas daun terhadap berat daun dan rasio luas daun berbanding
terbalik dengan intensitas cahaya, sedangkan nilai kecepatan asimilasi bersih
berbanding lurus dengannya (karena nilai tersebut merupakan gambaran efisiensi sistem
fotosintesi). Tanaman yang ternaungi dicirikan oleh titik kompetensi dan
derajat kejenuhan cahaya yang rendah
D. ALAT DAN BAHAN :
1. Alat :
Ø Alat ukur ( penggaris )
Ø Pensil
Ø Pulpen
Ø Penghapus
2. Bahan :
Ø Daun jambu air (Ugenia aguea ) di tempat terbuka dan di tempat ternaungi
E.
CARA
KERJA
1. Mengambil
10 sampel daun yang ternaungi matahari dan 10 lembar yang tidak ternaungi
cahaya matahari dengan cutter.
2. Menggambar
daun Syzygium agueum yang terkena matahari dan yamg tidak terkena sinar
matahari dengam mengambil masing-masing satu sampel.
3. Meraba
daun yang ternaungi dan daun yang tidak ternaungi untuk membandingkan struktur
daun,
4. Membuat
tabel untuk mencatat hasil perbandingaan,sekaligus ukur semua lebar dan panjang
daun yang diamati.
5. Menukar
dengan pekerjaan praktikum yang lain, dan buatlah pembahasan dan kesimpulan.
G. HASIL PENGAMATAN
1. Jambu
air (Eugenia
aguea)
a. Daun
Yang Ternaungi
No
|
MORFOLOGI
|
||||||
Halus
|
Kasar
|
Tebal
|
Tipis
|
Warna
|
Panjang
|
Lebar
|
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
|
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
|
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
|
27
18
16
19,8
18,8
18,4
21,9
22
15,9
15,1
|
9,7
9,3
6,6
7,2
7,3
6,8
9,2
9,5
7,1
7,1
|
∑(jumlah)
|
192,9
|
79,8
|
|||||
X(rata-rata)
|
19,29
|
7,98
|
b. Daun Yang Tidak Ternaungi
No
|
MORFOLOGI
|
||||||
Halus
|
Kasar
|
Tebal
|
Tipis
|
Warna
|
Panjang
|
Lebar
|
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
|
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
|
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
|
16
14,5
17,5
12,8
14
14,5
14
14,5
14
14,5
|
7,5
7,2
8
8,5
7,5
7
7
7,5
7
8
|
∑(jumlah)
|
146,3
|
75,2
|
|||||
X (rata-rata)
|
14,63
|
7,52
|
2. Ketapang (Terminalia
cattapa)
a. Daun
Yang Ternaungi
No
|
MORFOLOGI
|
||||||
Halus
|
Kasar
|
Tebal
|
Tipis
|
Warna
|
Panjang
|
Lebar
|
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
|
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
|
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
|
19,2
25,3
23,1
29,5
29,1
34,1
40,2
38,2
25,3
31,6
|
9,8
12,2
13,6
18,8
13,7
17,1
20
17,9
12,4
17,5
|
∑(jumlah)
|
295,6
|
153
|
|||||
X (rata-rata)
|
29,56
|
15,3
|
b. Daun Yang Tidak Ternaungi
No
|
MORFOLOGI
|
||||||
Halus
|
Kasar
|
Tebal
|
Tipis
|
Warna
|
Panjang
|
Lebar
|
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
|
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
|
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
|
26,2
21,5
23,6
24,6
28
21,4
25,8
26,7
23,7
23,5
|
14,3
12,7
9,8
10,4
12,9
7,5
12,4
9,9
12,5
9,5
|
∑(jumlah)
|
245
|
153
|
|||||
X (rata-rata)
|
24,5
|
15,3
|
3. Apel beludru (Diospyros rabolla)
a. Daun
Yang Ternaungi
No
|
MORFOLOGI
|
||||||
Halus
|
Kasar
|
Tebal
|
Tipis
|
Warna
|
Panjang
|
Lebar
|
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
|
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
|
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
|
23
28,5
23,5
24
25,5
30
31,5
21
16,5
22,5
|
8
9,5
7,5
8,5
11
11
3,5
17,9
9
9
|
∑(jumlah)
|
246
|
89
|
|||||
X (rata-rata)
|
24,6
|
8,9
|
b. Daun
Yang Tidak Ternaungi
No
|
MORFOLOGI
|
||||||
Halus
|
Kasar
|
Tebal
|
Tipis
|
Warna
|
Panjang
|
Lebar
|
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
|
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
|
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
|
19,5
19
16
18
18
15,2
14,2
18
17,5
18
|
7,5
8
7
5
7,5
6,5
6,5
7
7,5
7,5
|
∑(jumlah)
|
173,2
|
70
|
|||||
X (rata-rata)
|
17,32
|
7
|
H.
PEMBAHASAN
Sesuia dengan praktikum yang telah di lakukan
maka dapat di bahas, bagaiman tentang perbedaan antara daun yang ternaungi
maupun yang tidak, terutama melakukan pemilihan daun yang masih berada pada
batangnya dan mengambil yang berada pada tempat yang tenaungi dan yang tidak,
setelah itu di lakukan pengukuran, jumlah daun yang di ambil masing-msing
sepuluh lembar,10 yang ternaungi dan 10 yang tidak tenaungi,setelah di dapat
maka di lakukan pengukuran antara panjang daun dan diameter daun,satu persatu
daun diukur menggunakan penggaris. Di samping itu daun akan di pilir untuk
melihat bentuk daun, supaya di ketahui permukaan, dimana permukaan dintentukan
oleh dua yaitu diantara kasar dan halus.
Kondisi daun yang ternaungi pada umumnya
memiliki permukaan yang halus di bandingkan yang tidak, tetapi kalau maslah
warna daun yang ternaungi memiliki warna yang cenderung lebih hijau
tua,sedangkan yang tidak ternaungi memiliki warna yang senantiasa hijau muda.
Mengapa demikian karan yang tidak tenaungi senatiasa mendapat sinar matahari
langsung dari matahari, dan yang ternaungi selalu tidak dapat sinar matahri
atau bisa dikatakan hanya sedikit menerima sinar matahri, inilah menyebabkan
keduanya memiliki perbedaan warna dan permukaan daun yang halus dan sedikit
kasar. Proses fotosintesis yang terjadi padatumbuhan akan berlagsung dengan
baik apabila mendapat sinar matahri yang cukup dan yang utama Co2 dan H2o.
Di samping ini semua acara yang
dilakukan tidak selesai begitu saja karna harus menggambar bentuk daun yang
ternaungi dan yang tidak ternaungi, semua hasil pengukuran disetiap satu jenis
spesies dilakukan sesuai kelompok dan natinya akan di tukar dengan kelompok
lain untuk bertukaran hasil dari pengukuran tiap daun yang ternaungi maupun
tidak, supaya semuanya mendaptkan hasil pengukuran tiga jenis daun yang
berbeda, setelah semua data pengukuran didapat maka di jumlahkan dan dihitung
rata-ratanya. Dalam setiap daun maka harus di tentukan morfologinya dan
bagian-bagian daun secara kasat mata, selanjutnya menentukan halus,kasar dn
atebal tipis daun serta warna daun,ditanbah panjang dan lebar.
Dalam setiap jenis daun yang berbeda
pasti mempunyai ukuran yang berbeda, baik panjang maupun lebar daun,serta tebal
tipis dan kriteria yang lainya juga, semuanya ini ditentukan dalam bentuk daun
diantara daun yang ternaungi dan daun yang tidak ternaungi perbedaan pendapatan
sinar matahari yang menjadi faktor utaman terhadap warna daun, pada umumnya
daun berwarna hijau meskipun sebagian ada daun yang berwarna merah, setiap daun
memiliki perbedaan biasanya di pengaruhi oleh faktor uatama yaitu faktor
lingkungan dan biotiknya yang menjadi faktor utama tumbuhnya
pertumbuhan.Keadaan lingkungan yang cocok akan memberikan pertumbuah yang baik
dan akan memberikan bentuk daun yang seimbang dengan bentuk dan warna yang
sesuai meskipun dalam keseharianya keadaan lingkungan kurang mendukung.
I.
KESIMPULAN
Dari hsil praktikum yang telah dilakukan maka dapat di
ambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Panjang dun yang ternaungi lebih panjang
di banding daun yang tidak ternaungi oleh sinar matahri.
2.
Daun yang ternaungi memiliki permukaan
daun yang halus di bandingkan daun yang tidak ternaungi.
3.
Daun yang ternaungi pada umumnya lebih
tipis dibandingkan daun yang lansung terkenas sinar matahari.
4.
Daun yang tidak ternaungi bentuknya agak
tebal.
5.
Dan daun yang tidak ternaungi pada umumnya
memiliki permukaan yaang lebih kasar.
6.
Disini sinar matahari sangat di perlukan
guna berlangsungnya proses fotosintesi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKAN
Fitter,
A.H. dan R.K.M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Terjemahan
: Sri Andani dan E.D. purbayanti. Gadjah Mada
Univ. Press. Yogyakarta 421 pp
Kramer, P.J. dan T.T.
Kozlomski. Physioligy of woody plants. Acedemic press. New york. 881 pp
Loveless, A.R. 1987
prinsip prinsip-prinsip biologi tumbuhan untuk daerah tropika. Terjemahan : K.
Kartawinata dan U. Soetisna. Gramedia, jakarta. 408 p.
Komentar
Posting Komentar