Paradikma Kuliah Kehutanan

                                                   Mengapa Memilih Kuliah di Kehutanan



Memiliki Pilihan dalam hidup merupakan dari prinsip yang harus ditegagkan demi tercapainya keinginan yang sesuai dengan hati. Berbicara masalah keinginan dan mengapa memilih kuliah di kehutanan itu semua berawal dari kehidupan keseharian dimasa kecil yang tak luput dari lingkungan masyarakat yang semangat bekerja di sekitar kawasan hutan.

Pada tahun 1999-2000-an sangat ramai sekali penjarahan kawasan hutan yang dijadikan lahan perkebunan oleh masyarakat sekitar karena memang belum ketatnya pengawasan dari pihak terkait yaitu Polisi Kehutanan. Hampir keseluruhan masyarakat sekitar hutan memiliki lahan perkebunan di areal kawasan yang di tanamai berbagai jenis tanaman antara lain kopi, lada, dan persawahan, yang menjadi menarik adalah kekompakan masyarakat desa yang membuka lahan hutan untuk dijadikan lahan perkebunan yang dengan dikit demi sedikit luasannya bertambah dan keadaan hutan semakin berkurang. 

Tahun demi tahun berlalu semakin maju dan semakin ketatnya pengawasan dari pihak kehutanan khususnya para Polisi hutan dari Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan mempersempit ruang gerak masyarakat dalam membuka lahan yang di jadikan perkebunan dan masyarakat mulai tidak nyaman dengan adanya patroli yang sering di lakukan oleh para Polisi Hutan dalam pengamanan hutan waktu itu. 

Gubuk gubuk yang terbuat dari kayupun banyak dibakar oleh petugas Pengaman Hutan yang membuat masyarakat tidak berani berkutik dan melawan dikarenakan memang bersalah dan masyarakatpun tidak ada perlawanan sama sekali. Pada era kejayaan perkebunan di Kawasan Hutan TNBBS hasil bumi yang paling pokok adalah padi dari hasil pengolahan sawah oleh masyarakat, selain tempatnya yang luas kondisi tanahpun sudah tidak di ragukan lagi sehingga membuat pertumbuhan padi maksimal dan menghasilkan buah yang banyak dan dapuran padi yang besar. 

Selain panen raya padi masyarakat juga memanen kopi dan lada, dimana batang kopi tumbuh dengan subur dan menghasilkan buah yang besar dan melimpah. Periode panen kopi dialami sebagian masyarakat tidak terlalu lama dikarenakan masa tanam dan masa penutupan lahan oleh pihak terkait yang terlalu cepat. Sehingga sebagian besar masyarakat kecewa dengan kebijakan dari Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang mewajibkan seluruh masyarakat yang memiliki kebun di dalam areal hutan harus di tutup dan segera di tinggalkan. Proses pengembalian lahan perkebunan menjadi hutan membutuhkan waktu lama bahkan masih berjalan sampai saat ini 2016. Didalam tahapan penutupan lahan perkebunan masih saja masyarakat mencoba masuk wilayah hutan untuk menengok kembali keadaan kebunnya yang di tinggalakan, sebagain mencoba memanen hasil tanamannya sedapatnya dan sebagian hanya menyesalinya dengan ikhlas. 

Hutanku Harapanku 
     Tak lepas dari slogan para pegawai kehutanan bahwa hutan dan areal Taman Nasional adalah areal yang tidak dapat di ganggu gugat statusnya oleh masyarakat apalagi sampai di buat perkebunan, berrati sudah menyalahi aturan yang telah ditetapkan. 



Komentar

Postingan Populer