Pemerihan 
Kec. Bengkunat Belimbing Pesisir Barat Lampung



Desa Kecil yang Penuh Cinta

Pemerihan merupakan desa kecil di pelosok Negri tepatnya di Jln. Pekon Pemerihan, Kec. Bengkunat Belimbing Pesisir Barat Provinsi Lampung. 

Desa ini merupakan desa yang berada disekitar areal Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), pada waktu itu berawal dari sebuah kerja besar yang disebut transmigrasi. Transmigrasi merupakan bagian dari program pemerintah dan desa pemerihan menjadi salah satu tujuan utama dari ribuan tempat yang ada di provinsi Lampung. Pada waktu itu hanya terdapat rumah-rumah sederhana diantara hutan rimba dan perkebunan yang dibuat oleh masyarakat. 

Masyarakat umunya adalah petani bercocok tanam kopi dan lada (merica), hasil bumi pada waktu itu dijual disebuah pasar tradisional yang amat jauh dari Kampung Pemerihan. Perjalanan dalam menjual hasil bumi bisa ditempuh seharian berjalan kaki dengan memikul hasil bumi melewati kawasan hutan TNBBS yang masih Virgin Forest. Tak patah semangat sedikitpun para masyarakat yang menjual hasil buminya meskipun seharian perjalanan dan melelahkan. 

Masyarakat Kampung Pemerihan membuka lahan untuk dibuat perkebunan secara bebas waktu itu dan bahkan merambah hutan kawasan, tapi tak seperti sekarang bahwa kencing dikawasanpun bisa dipenjara. Pada tahun yang tidak jauh beberda orang tua membuat kebun di sekitar Kampung yang di tanami kopi dan lada dan sampai saat ini masih berkebun. Hanya ucapakn syukur dan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan kepada seluruh masyarakat dan orang tua sehingga dapat melakukan hal besar itu semua. Berat dikatakn dan berat untuk dilakukan bagi yang awam dan tak mengerti kondisi yang sebenarnya. 

Pantas jika hidup itu bisa dikatakan perjuangan, jika tanpa perjuangan maka tak akan ada saya di sini dan sampai saat ini. Pergi berkebun menaiki sepeda dan gerobak dengan tenaga sapi itu menjadi hal menarik dan cerita indah mas kecil saya dan keluarga, sungguh susah dan berat bagi anak masa kini untuk menjalaninya. Beruntung bisa dibesarkan dalam suasana perjuangan dan penuh hikmat dan rasa syukur. 

Mengingat kondisi jalan pada waktu itu dimulai dari jalan tanah berlumpur sehingga kendaraanpun harus dipikul bersama untuk melewatinya, hanya berpikiran kapaan....? jalan ini bisa dibangun dan di aspal serta listrik masuk Kampung. Sungguuh penuh pengharapan demi kemajuan. 

Tak lekang oleh waktu hidup ini tinggal bagaimana orang menjalaninya mau menjalaninya dengan kemewahan atau dengan kesederhaan dengan suka cita yang penuh makna. Pergi ke kebun itu sudah biasa tapi pergi ke mall itu luar biasa. 

Balik pada kehidupan masa kecil,,,,.....Masa kecil bagian dari masa transisi mau kemana dan jadi apa besarnya, tapi apa sempat munculkah kalimat itu waktu itu...? belum sempat sama sekali. Karena kita happy dalam mengurai tawa dan canda lepas ditengah kampung nan sunyi. Masa kecil waktu itu memang keras, keras makna, keras penghayatan. 

Sekolah di Kampung tetangga saja menjadi harapan, bagaiman tidak di Kampung belum ada sekolah SMP maupun SMA, banyak-banyaklah beruntung kalian yang tak berada ditepi kota dan berada pada garis tengah kemenangan suasana kehidupan. Kegiatan keseharain sepulang sekolah (SD) hanyalah memancing disungai maupun di rawa persawahan tak banyak harap waktu itu selain jangan hujan hari ini supaya kami bisa keliling persawan dalam memancing dan memburu ikan lapar. Huuuuuhhh...jika diceritakan semua maka tak akan ada habisnya. Semua jenis permainan tradisinal pernah kita mainkan baik siang hari maupun malam hari. hihihihi. 

ceritanya nyambung besok....


Komentar

Postingan Populer